Kenapa Manusia Takut dengan Hantu? Berikut Ketindihan saat Tidur dan  Penjelasan Ilmiahnya

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Fenomena gaib seperti hantu dan ketindihan waktu tidur telah menjadi bagian dari budaya dan legenda di berbagai masyarakat di seluruh dunia. Meskipun keduanya berbeda, keduanya sering kali dihubungkan dengan pengalaman supranatural yang menimbulkan ketakutan dan rasa takjub.

Hantu sering dianggap sebagai roh atau entitas gaib dari individu yang telah meninggal. Mereka diyakini hadir di alam semesta, entah sebagai sisa-sisa energi dari kehidupan sebelumnya atau sebagai entitas yang terjebak antara alam lain dan dunia fisik.

 Dalam berbagai cerita, hantu sering kali dikaitkan dengan tempat-tempat tertentu, seperti rumah-rumah tua, kuburan, atau tempat-tempat yang memiliki sejarah tragis.

Pengalaman yang terkait dengan hantu dapat bervariasi, mulai dari penampakan visual, suara-suara aneh, perasaan kehadiran gaib, hingga interaksi langsung dengan entitas tersebut. Namun, pengalaman ini sering kali subjektif dan tergantung pada keyakinan dan interpretasi individu.

Hantu juga sering dianggap sebagai roh atau entitas gaib dari individu yang telah meninggal. Mereka diyakini hadir di alam semesta, entah sebagai sisa-sisa energi dari kehidupan sebelumnya atau sebagai entitas yang terjebak antara alam lain dan dunia fisik. Dalam berbagai cerita, hantu sering kali dikaitkan dengan tempat-tempat tertentu, seperti rumah-rumah tua, kuburan, atau tempat-tempat yang memiliki sejarah tragis.

Pengalaman yang terkait dengan hantu dapat bervariasi, mulai dari penampakan visual, suara-suara aneh, perasaan kehadiran gaib, hingga interaksi langsung dengan entitas tersebut. Namun, pengalaman ini sering kali subjektif dan tergantung pada keyakinan dan interpretasi individu.

Umum dan Fobia

Mengutip kompas.com seperti diketahui sSetiap tanggal 31 Oktober sejumlah negara merayakan Halloween. Perayaan ini untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia, termasuk para kudus, martir, dan semua arwah umat beriman. Dalam perayaan komersial ini, orang-orang biasanya mengenakan kostum menyeramkan mirip hantu, bermain Trick or treat, menonton film horor, dan sebagainya.

Makna dibalik kostum menyeramkan mirip hantu adalah agar roh jahat mengira manusia adalah teman, sehingga tidak mengganggu yang masih hidup. Namun pertanyaan dasar yang mungkin pernah terlintas di pikiran kita adalah, kenapa manusia takut pada hantu? 

Penjelasan Ilmiahnya

Ketika berada seorang diri di rumah, entah bagaimana kita berpikir ada orang lain yang sedang mengamati kita. Kita pun langsung berprasangka bahwa itu ulah hantu. Jika Anda juga mengalami hal semacam ini hingga sangat benci kalau ditinggal sendirian, Anda tidak sendiri.

Menurut Ricardo de Oliveira-Souza, seorang psikiater dari Institut Penelitian dan Pendidikan D'Or (IDOR) di Rio de Janeiro, ketakutan terhadap hantu sangat umum. "Takut pada hantu mungkin sama seperti fobia pada umumnya, misalnya takut pada ketinggian atau serangga tertentu," ungkap Oliveira-Souza, dilansir Live Science, Kamis (31/10/2019). 

Menurut Oliveira-Souza, rasa malu karena takut hantu justru menghalangi orang untuk berkonsultasi dengan profesional medis seperti dirinya. Oliveira-Souza sendiri baru dapat menganalisis lebih jauh tentang rasa takut hantu setelah merawat seorang pasien yang depresi karena takut pada hantu hingga tak berani tidur sendirian. 

Menurut Oliveira-Souza, apa yang dialami oleh pasiennya termasuk dalam fobia sendiri atau karena terlalu memikirkan film horor dan hal-hal supranatural lain.

Dia mulai bertanya-tanya dan setelah itu menemukan bahwa ada banyak orang yang mengaku takut pada hantu. Fobia adalah istilah dalam psikologi yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan luar biasa yang dipicu suatu hal tertentu. 

Dalam makalah yang terbit di jurnal Frontiers in Psychiatry, November 2018, dipaparkan beberapa kasus fobia sendiri atau takut pada hantu. Sebuah kasus mengisahkan tentang pelayan hotel wanita berusia 46 tahun yang semasa hidup tinggal bersama orangtua, hingga akhirnya ayahnya meninggal dan sang ibu memutuskan pindah rumah. 

Sehari sebelum ibunya pindah, wanita itu memutuskan pergi ke klub malam dan berjalan-jalan di lingkungannya, dibanding pergi tidur. Wanita itu mengaku selalu ingat pemakaman ayahnya ketika mencoba tidur. Dalam kasus lain, seorang pengacara berusia 54 tahun mengaku tidak yakin bercerai karena takut hidup sendiri. 

Pasalnya, pria itu selalu tidur dengan kakak laki-lakinya sebelum akhirnya menikah. Pengacara itu berkata, ketika berada di kantor sendirian, ia merasa ada orang yang mengawasinya. 

Oliveira-Souza menjelaskan, perasaan diawasi disebut juga Anwesenheit, berasal dari bahasa Jerman artinya kehadiran. Takut sendiri, terutama di malam hari, menurut Oliveira-Souza memicu ketakutan bagi semua pasiennya.

Pemberian Obat 

Untuk mengobati fobia sendirian atau supranatural, Oliveira-Souza biasanya memberi obat antidepresan atau benzodiazepin. Kedua jenis obat itu menurut Souza paling umum diresepkan untuk mengobati fobia spesifik. "Terlepas dari kandungan gejala fobia dalam setiap kasus, obat itu dapat menghilangan kecemasan, inti dari rasa takut," jelas Souza. 

Selain pemberian obat, beberapa pasien juga melakukan terapi perilaku kognitif, metode terapi bicara dengan mengurai ketakutan spesifik dari pengalaman fisik dan emosional. 

Penyebab Ketindihan 

Ketika berbicara mengenai fenomena supernatural, salah satu hal yang paling umum dialami adalah ketindihan. Ketindihan merupakan fenomena di mana seseorang terbangun saat tidur dalam keadaan tidak bisa bergerak, berbicara atau bahkan bernapas. Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, ketindihan ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat supernatural. Namun, sebetulnya tidak ada yang supernatural mengenai "ketindihan". 

Dilansir dari Live Science, 14 Januari 2015, hampir 40 persen orang di dunia pernah mengalami ketindihan. Lalu, fenomena ini dikenal di dunia medis sebagai kelumpuhan tidur atau sleep paralysis. Para ahli telah lama mengetahui bahwa ketindihan terjadi ketika seseorang terbangun pada tahan tidur yang disebut rapid eye movement (REM). 

Pada tahap ini, seseorang biasanya sedang bermimpi, sementara ototnya nyaris mengalami kelumpuhan agar dia tidak bergerak-gerak secara ekstrem. 

Alhasil, ketika terbangun pada tahap REM, seseorang menjadi tidak bergerak atau mengalami kelumpuhan sementara. 

Terkait penampakan hantu saat ketindihan, para peneliti menduga bahwa penyebabnya bisa jadi karena kinerja otak yang terganggu. Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di jurnal Medical Hypotheses; Baland Jalal yang merupakan seorang pakar neurosains dan koleganya Vilayanur Ramachandran di University of California, San Diego menulis bahwa otak kita mungkin memiliki peta saraf tubuh. 

Ketika neuron mengirimkan perintah pada tubuh untuk bergerak, tetapi kemudian tidak mendeteksi adanya gerakan; peta tubuh di otak menjadi terganggu. 

"Ini menyebabkan distorsi persepsi diri, sehingga Anda mungkin akan mengalami keluar dari tubuh, atau melihat berbagai bentuk yang aneh muncul, meskipun bentuk-bentuk itu sebetulnya adalah versi cacat dari diri Anda sendiri," ujar Jalal kepada The Guardian, 30 Oktober 2015. 

Terperangkap dalam kondisi setengah terbangun ini dengan tubuh yang tak lagi dikenali, kecemasan bisa memuncak. Otak yang bingung lantas bisa menginterpretasikan berbagai sinyal yang ditangkapnya dan memasukkan kepercayaan atau memori ke dalam situasi. Inilah, ujar Jalal, alasan banyak orang melihat hantu, setan, alien atau bahkan potongan masa lalu ketika ketindihan. 

Untungnya, halusinasi mengerikan ini tidak bertahan lama. Ketika tubuh bisa bergerak kembali, bisa satu detik atau bahkan 20 menit sejak dimulainya ketindihan, biasanya halusinasi juga akan langsung menghilang. Jalal berkata bahwa ketindihan bisa menjadi pengalaman yang mengerikan bagi beberapa orang. Namun, pengetahuan yang jelas akan apa yang menyebabkan fenomena ini bisa sangat membantu orang-orang yang sering mengalami ketindihan. 

Kesimpulan

Fenomena gaib seperti hantu dan ketindihan waktu tidur sering kali membingungkan dan menimbulkan perasaan takut atau rasa ingin tahu yang kuat. Meskipun keduanya berbeda dalam sifatnya, pengalaman subjektif individu sering kali menjadi landasan bagi keyakinan dan interpretasi tentang dunia gaib ini. Menyelidiki lebih dalam dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat sebenarnya dari fenomena ini dapat membantu dalam menghadapinya dengan bijak.

Fenomena gaib seperti hantu dan ketindihan waktu tidur telah menjadi bagian dari budaya dan legenda di berbagai masyarakat di seluruh dunia. Meskipun keduanya berbeda, keduanya sering kali dihubungkan dengan pengalaman supranatural yang menimbulkan ketakutan dan rasa takjub.***